Senin, 10 Juni 2013

Evolusi Budaya


A.  Teori Evolusi Budaya

1.Definisi Teori Evolusi
Teori evolusi menggambarkan bahwa perubahan kebudayaan terjadi secara perlahan-lahan dan bertahap. Setiap masyarakat mengalami proses evolusi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, masing-masing masyarakat menunjukkan kebudayaan yang berbeda-beda. Salah satu masyarakat dikenal telah maju, sedangkan masyarakat yang lain masih dianggap atau tergolong sebagai masyarakat yang belum maju. Dalam teori evolusi, kemudian dibagi menjadi dua:



a.     Teori Evolusi Universal
Sebuah kebudayaan yang ada dalam sebuah komunitas masyarakat manusia adalah dampak atau hasil hasil dari pemakaian atau penggunaan energi dan teknologi yang mereka gunakan dalam kehidupan mereka pada fase-fase perkembangannya. Dengan rumusan yang disebutnya sebagai “hukum” evolusi kebudayaan ini, White sampai pada sebuah kesimpulan bahwa terjadinya sebuah evolusi kebudayaan dalam sebuah komunitas merupakan hasil dari mengemukanya perubahan dalam sistem yang melakukan transformasi energi dengan bantuan teknologi yang ada saat itu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori mengenai evolusi kebudayaan ini terdapat beberapa konsep baru yang diketengahkan White, yaitu thermodinamika (sistem yang melakukan transformasi energi), energi dan transformasi.

b.Teori Evolusi Multilinier
Menurut teori multilinier, terjadinya evolusi kebudayaan berhubungan erat dengan kondisi lingkungan, dimana setiap kebudayaan memiliki culture core, berupa teknologi dan organisasi kerja. Dengan demikian, terjadinya evolusi dalam sebuah kebudayaan ditentukan oleh adanya interaksi yang terjalin antara kebudayaan tersebut dengan lingkungan yang ada di dalamnya. Seperti halnya teori yang dikemukakan oleh White di atas, teori multilinier juga memunculkan konsep-konsep baru yang belum pernah ada sebelumnya, yaitu lingkungan, culture core, adaptasi dan organisasi kerja.
2.       Latar belakang lahirnya evolusi budaya
Pada abad ke sembilan belas, dalam masyarakat Eropa mengemuka sebuah paradigma (cara pandang) yang memandang bahwa gejala-gejala yang timbul dari alam, masyarakat dan kebudayaan yang ada dalam komunitas manusia dapat dilihat dan dipikirkan secara rasional. Cara pandang yang secara tidak langsung mengkritik perilaku masyarakat Eropa Barat yang mengembalikan segala sesuatunya ke kitab suci ini kemudian dikenal dengan teori evolusi kebudayaan. Paradigma ini dipahami sebagai pandangan yang menyatakan bahwa ada kepastian dalam tata tertib perkembangan yang melintasi sejarah kebudayaan dengan kecepatan yang pelan tetapi pasti. Selanjutnya, dimulailah pergumulan dogma-dogma agama yang telah sekian lama mengakar di tengah-tengah masyarakat dengan cara pandang baru yang sepenuhnya berbeda dan asing bagi masyarakat Eropa Barat saat itu.
Paradigma evolusi kebudayaan yang ingin mengganti model dogmatis agama yang telah mendarah daging di Eropa Barat dalam memandang kebudayaan manusia ini dikemukakan pertama kali oleh Edward Burnett Tylor (1832-1917), seorang ahli antropologi yang berasal dari Inggris. Persinggungan Tylor dengan hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan dimulai ketika ia menempuh pendidikan kesusastraan dan peradaban Yunani dan Romawi klasik. Ketertarikan seputar kebudayaan ini membuatnya sangat menyukai ilmu arkeologi yang memang mengambil objek kajian terhadap benda-benda peninggalan masa lampau. Ketertarikan ini terus tumbuh subur seiring didapatnya kesempatan untuk melakukan suatu perjalanan menyusuri Afrika dan Asia hingga membuatnya tertarik untuk membaca naskah-naskah etnografi yang mengisahkan tentang masyarakat yang ada di kedua benua tersebut. Setelah mendapat pengakuan sebagai seorang pakar arkeologi, Tylor diajak serta mengikuti ekspedisi Inggris untuk mengungkap benda-benda arkeologis peninggalan beragam suku yang ada di Meksiko.
3. Pendapat para ahli

a.Teori Toynbee
Dalam buku yang berjudul The Turning Point Titik Balik Peradaban karangan Fritjof Capra, menggambarkan bahwa manusia dalam budaya dan evolusinya mengalami spiralisai peradaban. Prediksi radikal penulis kedepan adalah evolusi budaya kita akan kemabali ke titik nol. Artinya ada re- budaya dan peradaban. Banyak manifestasi budaya ‘lalu’ yang di adopsi oleh masyarakat sekarang. Seperti apa yang pernah dikatakan oleh seorang filosof Cina bernama I Ching yakni: “setelah masa kehancuran datanglah titik balik. Cahaya penuh daya yang dahulu hilang kini bersinar kembali. Segala sesuatu adalah gerak, namun bukan oleh tenaga. Gerak itu alami, mengalir spontan. Karena itulah pergantian menjadi mudah. Yang lama berakhir, yang baru terlahir. Keduanya berlangsung dalam saat yang telah ditentukan, karenanya tidak ada luka yang ditimbulkan”. Dan satu hal yang mesti kita ketahui adalah bahwa seperti apa yang pernah dikatakan oleh Bacon yaitu tujuan ilmu adalah penguasaan dan pengendalian alam, yang menegaskan bahwa pengetahuan ilmiah dapat digunakan untuk “mengubah kita menjadi tuan dan pemilik alam”.

b.Proses Evolusi secara universal
menurut konsepsi tentang proses evolusi sosial universal, semua hal tersebut harus dipandang dalam rangka masyarakat manusia yang telah berkembang dengan lamnbat (berevolusi) dari tingkat paling rendah dan sederhan ketingkat- tingkat yang makin lama makin tinggi dan complex. Proses evolusi ini akan dialami oleh semua masyarakat manusia dimuka bumi, walaupun dengan kecepatan yang berbeda- beda.

c.Konsep Evolusi social universal H. Spencer
Semua karya Spencer berdasarkan konsepsi bahwa seluruh alam itu, baik yang berwujud nonorganis, organis, maupun superorganis berevolusi karena didorong oleh kekuatan mutlak yang disebutnya evolusi universal. Teori Spencer mengenai religi adalah bahwa pada semua bangsa didunia religi itu mulai karena manusia sadar dan takut akan maut. Serupa dengan E.B Tylor ia juga berpendirian bahwa bentuk religi paling tua adalah penyembahan kepada roh-roh yang merupakan personifikasi dari jiwa-jiwa orang-orang yang telah meninggal, terutama nenek moyangnya. Bentuk religi yang tertua ini pada semua bangsa didunia akan berevolusi kebentuk religi yang menurut spencer merupakan tingkat evolusi yang lebih kompleks dan berdiferensiasi, yaitu penyembahan kepada dewa-dewa, seperti dewa kejayaan, kebijaksanaan, dewa perang, dewi kecantikn, dan sebagainya. Dewa-dewa yang menjadi pusat orientasi dan penyembahan manusia dalam tingkat evolusi religi seperti itu mempunyai ciri- ciri yang mantap dalam bayangan seluruh umatnya, karena tercantum dalam mitologi yang seringkali telah berada dalam bentuk tulisan. Namun walaupun religi dari semua bangsa didunia pad garis besar evolusi universal akan berkembang dari tingkat penyembahan roh nenek moyang ketingkat penyembahan dewa-dewa, secara khusus tiap bangsa dapat mengalami proses evolusi yang berbeda –beda Spencer berpendirian bahwa hokum dalam asyarakat manusia padamulanya adalah hokum keramat, karena merupakan aturan-aturan hidup dan bergaul, yang berasal dari para nenek moyang. Dengan demikian kekuatan dari hukum dalam masyarakat pada zaman permulaan itu yang terdiri dari kelompok- kelompok keluarga luas yang terdiri dari paling banyak 10 samapai 20 individu, berlandaskan kepada ketakutan warga masyarakat akan kemarahan roh nenek moyang apabila aturan-aturan tadi dilanggar.
Pada ingkat evolusi sosial selanjutnya timbul masyarakat industri dimana manusia menjadi bersifat lebih individualis dan dimana kekuasaan raja dan keyakinan terhadap raja keramat berkurang maka timbul lagi suatu sistem hukum yang baru, yng kembali berdasarkan atas azas saling butuh membutuhkan antara warga masyarakat secara timbal balik. Prosedur terjadinya undang-undang adalah dengan perundingan antara wakil-wakil warga masyarakat dalam badan-badan legislative.

d.Teori evolusi keluarga J.J Bachoven
Teori ini diuraikan dalam bukunya Das Mutrech. Dengan tahapan- tahapan sebagai berikut : Promiskuitas dimana manusia hidup serupa sekawanan binatang berkelompok, laki- laki dan wanita berhubungan dengan bebas dan melahirkan keturunannya tanapa adanya ikatan. Matriarchat diamana perkawianan antara ibu dan anak laki-laki dihindari yang menimbulkan adapt exogami. Patriarchat dimana kaum pria mengambil calon istri mereka dari kelompok lain kedalam kelompok mereka sendiri, denga demikian keturunan yang dilahirkan juga tetap tinggal dalam kelompok pria.Parental dimana kedua orang tua merawat anak- anak mereka secara bersama.

e.Teori Evolusi keluarga L.H Morgan
Morgan mendapatkan suatu cara untuk mengupas semua system kekerabatan dari semua suku bangsa bangsa, cara ini didasarkan pada gejala kesejajaran yang seringkali ada diantara system istilah kekerabatan dan system kekerabatan Sesuai dengan zamannya ia juga percaya kepada konsep evolusi masyarakat. Karya pokok yang berjudul Ancient Society melukiskan proses evolusi masyarakat daqn kebudayaan manusia melalui delapan tingkat evolusi yang universal. Menurut Morgan masyarakat dari semua bangsa didunia sudah atau masih akan menyelesaikan proses evolusinya melalui kedelapan tingkat evolusi sebagai berikut:

a)    Zaman Liar Tua, zaman sejak adanya manusia manusia samapai ia menemukan api, dalam zaman ini manusia hidup dari meramu, mencari akar-akar dan tumbuh-tumbuhan liar
b)   zaman liar madya, zaman sejak manusia menemukan api, sampai ia menemukan senjata busur-panah; dalam zaman ini manusia mulai merobah mata pencaharian hidupnya dari meramu menjadi pencari ikan disungai-sungai atau menjadi pemburu
c)    zaman liar madya, zaman sejak manusia menemukan senjata busur panah, sampai ia mendapatkan kepandaian membuat barang- barang tembikar; dalam zaman ini mat pencaharian hidupnya masih berburu.
d)   zaman barbar tua, yaitu zaman sejak manusia menemukan kepandaiana membuat tembikar samapai ia mulai beternak atau bercocok tanam
e)    zaman barbar madya, yaitu zaman sejak manusia beternak atau bercocok tanam sampai ia menemukan kepandaiana membuat benda-benda dari logam
f)     zaman barbar muda, zaman sejak manusia menemukan kepandaian membuat benda-benda dari logam, sampai ia mengenal tulisan
g)    zaman peradaban purba
h)   zaman peradaban masa kini

f. Teori evolusi religi E.B Tylor
Dalam bukunya Primitive culture: research into the development of mythology, philosophy, religion, language, art and custom, asal mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran akan faham jiwa itu disebabkan karena dua hal, yaitu:
a)    Perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati. Satu organisma pada satu saat bergerak artinya hidup, dan pad asatu saat tidak bergerak artinya mati.
b)   Peristiwa mimpi. Dalam mimpinya manusia melihat dirinya ditempat –tempat lain (bukan ditempat dimana ia sdang tidur), maka manusia itu mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang ada ditempat tidur, dan suatu bagian lain dari dirinya yang pergi ketempat- tempat lain. Bagian itulah yang disebut jiwa Sifat abstrak dari jiwa itu menimbulkan keyakinan pada manusia bahwa jiwa dapat hidup langsung, lepas dari tubuh jasmaninya. Pada waktu hidup, jiwa itu masih tersangkut kepada tubuh jasmani dan hanya dapat meninggalkan tubuh pada waktu manusaia itu tidur atau pingsan. Karena pada saat serupa itu kekuatan hidup pergi melayang, maka tubuh berada dalam keadaan lemah. Pada tingkat tertua dalam evolusi religinya, manusia percaya bahwa mahluk- mahluk halus itulah yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya. Mahluk- mahluk halus yang tinggal dekat tempat tinggal manusia itu, yang bertubuh halus sehingga tidak dapat tertangkap oleh panca indra manusia, mendapat tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga menjadi obyek penghormatan dengan penyembahannya, yang disertai berbagai upacara berpa doa penyembahannya, yang disertai berbagai upacara doa, sajian, atau korban. Religi ini disebut animisme. Tylor melanjutkan teorinya tentang asal- mula religi dengan suatu uraian tentang evolusi religi, yang berdasarkan cara berpikir evolusionisme. Animisme pada dasarnya merupakan keyakinan kepada roh-roh yang mendiami alam semesta sekeliling tempat tinggal manusia, merupakan bentuk religi, manusia yakin bahwa gerak alam yang hidup itu juga disebabkan adanya dibelakang peristiwa-peristiwa dan gejala alam itu.sungai-sungai yang menglairdan terjun kelaut, gunung-gunung yang meletus, gempa bumi, angin taufan, gerak matahari, tumbuhnya tumbuh-tumbuhan; disebabkan oleh mahluk halus yang menemepati alam. Jiwa alam itu kemudian dipersonifikasaikanb dan dianggap sebagai mahluk yang memiliki dengan kemauan dan pikiran, yang disebut dewa-dewa alam. Pada tingkat keiga dalam evolusi religi, bersama dengan timbulnya susunan kenegaraaan, serupa dalam dunia mahluk manusia.

g. Teori J.G Frazer Mengenai ilmu gaib dan religi
Teori Frazer mengenai asal mula religi dapat diringkas sebagai berikut: manusia memecahkan soal- soal hidupnya dengan akal dan system pengetahuannya, tetapi akal dan system pengetahuan itu ada batasnya. Makin terbelakang kebudayaan manusia, makin sempit lingkaran batas akalnya. Soal- soala hidup yang tak dapat dipecahkan akal pikiran dipecahakan dengan magic, ilmu gaib. Magic menurut Frazer adalah semua tindakan manusia untuk mencapai suatu maksud melalui kekuatan- kekuatan yang ada dibelakangnya. Manusia mula-mula hanya menggunakan ilmu gaibuntuk memecahkan soal-soal hidupnya yang ada diluar batas kemampuan dan pengetahuan akalnya. Ilmu gaib menurut Frazer adalah segala system tingkah laku dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menguasai dan mempergunakan kekuatan-kekuatan dan kaidah gaib yang ada didalam alam. Sebaliknya religai adalah segalasistem tingkah laku manusaia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan dirir pada kemauan dan kekuasaan mahluk halus seperti roh-roh,dewa-dewa,dsb.

Budaya evolusi dimulai pada tingkat individu, ketika perilaku seseorang diperkuat oleh efek teknologi. Seorang penemu mungkin menemukan cara baru untuk membuat roda; petani menemukan tanaman pangan yang menghasilkan hasil yang lebih tinggi, dan guru dapat menemukan cara baru untuk mengajar membaca. Budaya yang dikatakan berkembang saat inovasi-inovasi ini diadopsi oleh masyarakat.




 Menurut Morgan, masyarakat dan kebudayaan manusia itu berevolusi melalui delapan tingkat evolusi yang universal yaitu:

1.Tingkat keliaran yang terdiri dari :
a.Tingkat keliaran rendah (tua), yaitu zaman sejak adanya manusia sampai ia menemukan api. Pada masa itu manusia hidup dari meramu.
b.Tingkat keliaran madya, yaitu zaman sejak manusia menemukan api sampai ia membuat busur panah. Pada masa itu manusia mulai hidup dari berburu.
c.Tingkat keliaran tinggi (muda), yaitu zaman sejak manusia dapat menggunakan busur dan panah sampai ia mampu membuat barang-barang tembikar.

2.Tingkat kebiadaban (Barbar), yang terdiri dari :
a.Tingkat kebiadaban rendah, yaitu zaman sejak manusia mampu membuat tembikar sampai ia memiliki kepandaian berternak atao bercocok tanam, mengatur pengairan, membuat rumah dari bata.
b.Tingkat kebiadaban madya, yaitu zaman sejak manusia mampu berternak atau bercocok tanam sampai ia mampu membuat benda-benda dari logam.
c.Tingkat kebiadaban tinggi (muda), yaitu zaman sejak manusia mampu membuat benda-benda dari logam sampai ia mengenal tulisan.


3.Tingkat Peradaban :
Tingkat peradaban ini dimulai sejak menusia mulai mengenal tulisan sampai masa kini.

Referensi :

0 komentar:

Posting Komentar