A. Teori Evolusi
Budaya
1.Definisi
Teori Evolusi
Teori evolusi menggambarkan bahwa perubahan kebudayaan
terjadi secara perlahan-lahan dan bertahap. Setiap masyarakat mengalami proses
evolusi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, masing-masing masyarakat
menunjukkan kebudayaan yang berbeda-beda. Salah satu masyarakat dikenal telah
maju, sedangkan masyarakat yang lain masih dianggap atau tergolong sebagai
masyarakat yang belum maju. Dalam teori evolusi, kemudian dibagi menjadi dua:
a. Teori Evolusi
Universal
Sebuah kebudayaan yang ada dalam sebuah komunitas masyarakat
manusia adalah dampak atau hasil hasil dari pemakaian atau penggunaan energi
dan teknologi yang mereka gunakan dalam kehidupan mereka pada fase-fase
perkembangannya. Dengan rumusan yang disebutnya sebagai “hukum” evolusi
kebudayaan ini, White sampai pada sebuah kesimpulan bahwa terjadinya sebuah
evolusi kebudayaan dalam sebuah komunitas merupakan hasil dari mengemukanya
perubahan dalam sistem yang melakukan transformasi energi dengan bantuan
teknologi yang ada saat itu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori
mengenai evolusi kebudayaan ini terdapat beberapa konsep baru yang
diketengahkan White, yaitu thermodinamika (sistem yang melakukan transformasi
energi), energi dan transformasi.
b.Teori Evolusi
Multilinier
Menurut teori multilinier, terjadinya evolusi kebudayaan
berhubungan erat dengan kondisi lingkungan, dimana setiap kebudayaan memiliki
culture core, berupa teknologi dan organisasi kerja. Dengan demikian,
terjadinya evolusi dalam sebuah kebudayaan ditentukan oleh adanya interaksi
yang terjalin antara kebudayaan tersebut dengan lingkungan yang ada di
dalamnya. Seperti halnya teori yang dikemukakan oleh White di atas, teori
multilinier juga memunculkan konsep-konsep baru yang belum pernah ada
sebelumnya, yaitu lingkungan, culture core, adaptasi dan organisasi kerja.
2. Latar
belakang lahirnya evolusi budaya
Pada abad ke sembilan belas, dalam masyarakat Eropa
mengemuka sebuah paradigma (cara pandang) yang memandang bahwa gejala-gejala
yang timbul dari alam, masyarakat dan kebudayaan yang ada dalam komunitas
manusia dapat dilihat dan dipikirkan secara rasional. Cara pandang yang secara
tidak langsung mengkritik perilaku masyarakat Eropa Barat yang mengembalikan
segala sesuatunya ke kitab suci ini kemudian dikenal dengan teori evolusi
kebudayaan. Paradigma ini dipahami sebagai pandangan yang menyatakan bahwa ada
kepastian dalam tata tertib perkembangan yang melintasi sejarah kebudayaan
dengan kecepatan yang pelan tetapi pasti. Selanjutnya, dimulailah pergumulan
dogma-dogma agama yang telah sekian lama mengakar di tengah-tengah masyarakat
dengan cara pandang baru yang sepenuhnya berbeda dan asing bagi masyarakat
Eropa Barat saat itu.
Paradigma evolusi kebudayaan yang ingin mengganti model
dogmatis agama yang telah mendarah daging di Eropa Barat dalam memandang
kebudayaan manusia ini dikemukakan pertama kali oleh Edward Burnett Tylor
(1832-1917), seorang ahli antropologi yang berasal dari Inggris. Persinggungan
Tylor dengan hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan dimulai ketika ia
menempuh pendidikan kesusastraan dan peradaban Yunani dan Romawi klasik.
Ketertarikan seputar kebudayaan ini membuatnya sangat menyukai ilmu arkeologi
yang memang mengambil objek kajian terhadap benda-benda peninggalan masa
lampau. Ketertarikan ini terus tumbuh subur seiring didapatnya kesempatan untuk
melakukan suatu perjalanan menyusuri Afrika dan Asia hingga membuatnya tertarik
untuk membaca naskah-naskah etnografi yang mengisahkan tentang masyarakat yang
ada di kedua benua tersebut. Setelah mendapat pengakuan sebagai seorang pakar
arkeologi, Tylor diajak serta mengikuti ekspedisi Inggris untuk mengungkap
benda-benda arkeologis peninggalan beragam suku yang ada di Meksiko.
3. Pendapat para
ahli
a.Teori Toynbee
Dalam buku yang berjudul The Turning Point Titik Balik
Peradaban karangan Fritjof Capra, menggambarkan bahwa manusia dalam budaya dan
evolusinya mengalami spiralisai peradaban. Prediksi radikal penulis kedepan
adalah evolusi budaya kita akan kemabali ke titik nol. Artinya ada re- budaya
dan peradaban. Banyak manifestasi budaya ‘lalu’ yang di adopsi oleh masyarakat
sekarang. Seperti apa yang pernah dikatakan oleh seorang filosof Cina bernama I
Ching yakni: “setelah masa kehancuran datanglah titik balik. Cahaya penuh daya
yang dahulu hilang kini bersinar kembali. Segala sesuatu adalah gerak, namun
bukan oleh tenaga. Gerak itu alami, mengalir spontan. Karena itulah pergantian
menjadi mudah. Yang lama berakhir, yang baru terlahir. Keduanya berlangsung
dalam saat yang telah ditentukan, karenanya tidak ada luka yang ditimbulkan”.
Dan satu hal yang mesti kita ketahui adalah bahwa seperti apa yang pernah
dikatakan oleh Bacon yaitu tujuan ilmu adalah penguasaan dan pengendalian alam,
yang menegaskan bahwa pengetahuan ilmiah dapat digunakan untuk “mengubah kita
menjadi tuan dan pemilik alam”.
b.Proses Evolusi
secara universal
menurut konsepsi tentang proses evolusi sosial universal,
semua hal tersebut harus dipandang dalam rangka masyarakat manusia yang telah
berkembang dengan lamnbat (berevolusi) dari tingkat paling rendah dan sederhan
ketingkat- tingkat yang makin lama makin tinggi dan complex. Proses evolusi ini
akan dialami oleh semua masyarakat manusia dimuka bumi, walaupun dengan
kecepatan yang berbeda- beda.
c.Konsep Evolusi
social universal H. Spencer
Semua karya Spencer berdasarkan konsepsi bahwa seluruh alam
itu, baik yang berwujud nonorganis, organis, maupun superorganis berevolusi
karena didorong oleh kekuatan mutlak yang disebutnya evolusi universal. Teori
Spencer mengenai religi adalah bahwa pada semua bangsa didunia religi itu mulai
karena manusia sadar dan takut akan maut. Serupa dengan E.B Tylor ia juga
berpendirian bahwa bentuk religi paling tua adalah penyembahan kepada roh-roh
yang merupakan personifikasi dari jiwa-jiwa orang-orang yang telah meninggal,
terutama nenek moyangnya. Bentuk religi yang tertua ini pada semua bangsa
didunia akan berevolusi kebentuk religi yang menurut spencer merupakan tingkat
evolusi yang lebih kompleks dan berdiferensiasi, yaitu penyembahan kepada
dewa-dewa, seperti dewa kejayaan, kebijaksanaan, dewa perang, dewi kecantikn,
dan sebagainya. Dewa-dewa yang menjadi pusat orientasi dan penyembahan manusia
dalam tingkat evolusi religi seperti itu mempunyai ciri- ciri yang mantap dalam
bayangan seluruh umatnya, karena tercantum dalam mitologi yang seringkali telah
berada dalam bentuk tulisan. Namun walaupun religi dari semua bangsa didunia
pad garis besar evolusi universal akan berkembang dari tingkat penyembahan roh
nenek moyang ketingkat penyembahan dewa-dewa, secara khusus tiap bangsa dapat
mengalami proses evolusi yang berbeda –beda Spencer berpendirian bahwa hokum
dalam asyarakat manusia padamulanya adalah hokum keramat, karena merupakan
aturan-aturan hidup dan bergaul, yang berasal dari para nenek moyang. Dengan
demikian kekuatan dari hukum dalam masyarakat pada zaman permulaan itu yang
terdiri dari kelompok- kelompok keluarga luas yang terdiri dari paling banyak
10 samapai 20 individu, berlandaskan kepada ketakutan warga masyarakat akan
kemarahan roh nenek moyang apabila aturan-aturan tadi dilanggar.
Pada ingkat evolusi sosial selanjutnya timbul masyarakat
industri dimana manusia menjadi bersifat lebih individualis dan dimana
kekuasaan raja dan keyakinan terhadap raja keramat berkurang maka timbul lagi
suatu sistem hukum yang baru, yng kembali berdasarkan atas azas saling butuh
membutuhkan antara warga masyarakat secara timbal balik. Prosedur terjadinya
undang-undang adalah dengan perundingan antara wakil-wakil warga masyarakat
dalam badan-badan legislative.
d.Teori evolusi
keluarga J.J Bachoven
Teori ini diuraikan dalam bukunya Das Mutrech. Dengan
tahapan- tahapan sebagai berikut : Promiskuitas dimana manusia hidup serupa
sekawanan binatang berkelompok, laki- laki dan wanita berhubungan dengan bebas
dan melahirkan keturunannya tanapa adanya ikatan. Matriarchat diamana
perkawianan antara ibu dan anak laki-laki dihindari yang menimbulkan adapt
exogami. Patriarchat dimana kaum pria mengambil calon istri mereka dari
kelompok lain kedalam kelompok mereka sendiri, denga demikian keturunan yang
dilahirkan juga tetap tinggal dalam kelompok pria.Parental dimana kedua orang
tua merawat anak- anak mereka secara bersama.
e.Teori Evolusi
keluarga L.H Morgan
Morgan mendapatkan suatu cara untuk mengupas semua system
kekerabatan dari semua suku bangsa bangsa, cara ini didasarkan pada gejala
kesejajaran yang seringkali ada diantara system istilah kekerabatan dan system
kekerabatan Sesuai dengan zamannya ia juga percaya kepada konsep evolusi
masyarakat. Karya pokok yang berjudul Ancient Society melukiskan proses evolusi
masyarakat daqn kebudayaan manusia melalui delapan tingkat evolusi yang
universal. Menurut Morgan masyarakat dari semua bangsa didunia sudah atau masih
akan menyelesaikan proses evolusinya melalui kedelapan tingkat evolusi sebagai
berikut:
a) Zaman Liar Tua,
zaman sejak adanya manusia manusia samapai ia menemukan api, dalam zaman ini
manusia hidup dari meramu, mencari akar-akar dan tumbuh-tumbuhan liar
b) zaman liar madya,
zaman sejak manusia menemukan api, sampai ia menemukan senjata busur-panah;
dalam zaman ini manusia mulai merobah mata pencaharian hidupnya dari meramu
menjadi pencari ikan disungai-sungai atau menjadi pemburu
c) zaman liar
madya, zaman sejak manusia menemukan senjata busur panah, sampai ia mendapatkan
kepandaian membuat barang- barang tembikar; dalam zaman ini mat pencaharian
hidupnya masih berburu.
d) zaman barbar tua,
yaitu zaman sejak manusia menemukan kepandaiana membuat tembikar samapai ia
mulai beternak atau bercocok tanam
e) zaman barbar
madya, yaitu zaman sejak manusia beternak atau bercocok tanam sampai ia
menemukan kepandaiana membuat benda-benda dari logam
f) zaman barbar
muda, zaman sejak manusia menemukan kepandaian membuat benda-benda dari logam,
sampai ia mengenal tulisan
g) zaman peradaban
purba
h) zaman peradaban
masa kini
f. Teori evolusi
religi E.B Tylor
Dalam bukunya Primitive culture: research into the
development of mythology, philosophy, religion, language, art and custom, asal
mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran akan faham
jiwa itu disebabkan karena dua hal, yaitu:
a) Perbedaan yang
tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati. Satu
organisma pada satu saat bergerak artinya hidup, dan pad asatu saat tidak
bergerak artinya mati.
b) Peristiwa mimpi.
Dalam mimpinya manusia melihat dirinya ditempat –tempat lain (bukan ditempat
dimana ia sdang tidur), maka manusia itu mulai membedakan antara tubuh
jasmaninya yang ada ditempat tidur, dan suatu bagian lain dari dirinya yang
pergi ketempat- tempat lain. Bagian itulah yang disebut jiwa Sifat abstrak dari
jiwa itu menimbulkan keyakinan pada manusia bahwa jiwa dapat hidup langsung,
lepas dari tubuh jasmaninya. Pada waktu hidup, jiwa itu masih tersangkut kepada
tubuh jasmani dan hanya dapat meninggalkan tubuh pada waktu manusaia itu tidur
atau pingsan. Karena pada saat serupa itu kekuatan hidup pergi melayang, maka
tubuh berada dalam keadaan lemah. Pada tingkat tertua dalam evolusi religinya,
manusia percaya bahwa mahluk- mahluk halus itulah yang menempati alam
sekeliling tempat tinggalnya. Mahluk- mahluk halus yang tinggal dekat tempat
tinggal manusia itu, yang bertubuh halus sehingga tidak dapat tertangkap oleh
panca indra manusia, mendapat tempat yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, sehingga menjadi obyek penghormatan dengan penyembahannya, yang
disertai berbagai upacara berpa doa penyembahannya, yang disertai berbagai
upacara doa, sajian, atau korban. Religi ini disebut animisme. Tylor
melanjutkan teorinya tentang asal- mula religi dengan suatu uraian tentang
evolusi religi, yang berdasarkan cara berpikir evolusionisme. Animisme pada
dasarnya merupakan keyakinan kepada roh-roh yang mendiami alam semesta
sekeliling tempat tinggal manusia, merupakan bentuk religi, manusia yakin bahwa
gerak alam yang hidup itu juga disebabkan adanya dibelakang peristiwa-peristiwa
dan gejala alam itu.sungai-sungai yang menglairdan terjun kelaut, gunung-gunung
yang meletus, gempa bumi, angin taufan, gerak matahari, tumbuhnya
tumbuh-tumbuhan; disebabkan oleh mahluk halus yang menemepati alam. Jiwa alam
itu kemudian dipersonifikasaikanb dan dianggap sebagai mahluk yang memiliki
dengan kemauan dan pikiran, yang disebut dewa-dewa alam. Pada tingkat keiga
dalam evolusi religi, bersama dengan timbulnya susunan kenegaraaan, serupa
dalam dunia mahluk manusia.
g. Teori J.G
Frazer Mengenai ilmu gaib dan religi
Teori Frazer mengenai asal mula religi dapat diringkas
sebagai berikut: manusia memecahkan soal- soal hidupnya dengan akal dan system
pengetahuannya, tetapi akal dan system pengetahuan itu ada batasnya. Makin
terbelakang kebudayaan manusia, makin sempit lingkaran batas akalnya. Soal-
soala hidup yang tak dapat dipecahkan akal pikiran dipecahakan dengan magic,
ilmu gaib. Magic menurut Frazer adalah semua tindakan manusia untuk mencapai
suatu maksud melalui kekuatan- kekuatan yang ada dibelakangnya. Manusia mula-mula
hanya menggunakan ilmu gaibuntuk memecahkan soal-soal hidupnya yang ada diluar
batas kemampuan dan pengetahuan akalnya. Ilmu gaib menurut Frazer adalah segala
system tingkah laku dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksud dengan
menguasai dan mempergunakan kekuatan-kekuatan dan kaidah gaib yang ada didalam
alam. Sebaliknya religai adalah segalasistem tingkah laku manusaia untuk
mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan dirir pada kemauan dan kekuasaan
mahluk halus seperti roh-roh,dewa-dewa,dsb.
Budaya evolusi dimulai pada tingkat individu, ketika
perilaku seseorang diperkuat oleh efek teknologi. Seorang penemu mungkin
menemukan cara baru untuk membuat roda; petani menemukan tanaman pangan yang
menghasilkan hasil yang lebih tinggi, dan guru dapat menemukan cara baru untuk
mengajar membaca. Budaya yang dikatakan berkembang saat inovasi-inovasi ini
diadopsi oleh masyarakat.
1.Tingkat keliaran yang terdiri dari :
a.Tingkat
keliaran rendah (tua), yaitu zaman sejak adanya manusia sampai ia menemukan
api. Pada masa itu manusia hidup dari meramu.
b.Tingkat
keliaran madya, yaitu zaman sejak manusia menemukan api sampai ia membuat busur
panah. Pada masa itu manusia mulai hidup dari berburu.
c.Tingkat
keliaran tinggi (muda), yaitu zaman sejak manusia dapat menggunakan busur dan
panah sampai ia mampu membuat barang-barang tembikar.
2.Tingkat kebiadaban (Barbar), yang
terdiri dari :
a.Tingkat
kebiadaban rendah, yaitu zaman sejak manusia mampu membuat tembikar sampai ia
memiliki kepandaian berternak atao bercocok tanam, mengatur pengairan, membuat
rumah dari bata.
b.Tingkat
kebiadaban madya, yaitu zaman sejak manusia mampu berternak atau bercocok tanam
sampai ia mampu membuat benda-benda dari logam.
c.Tingkat
kebiadaban tinggi (muda), yaitu zaman sejak manusia mampu membuat benda-benda
dari logam sampai ia mengenal tulisan.
3.Tingkat
Peradaban :
Tingkat peradaban ini dimulai sejak menusia mulai mengenal
tulisan sampai masa kini.
Referensi :
0 komentar:
Posting Komentar